sayang

didepannya, lelaki cantik itu berdiri. didepannya, lelaki cantik itu memasang wajah khawatir. didepannya, lelaki cantik itu mulai mendekat. dan didepannya, lelaki cantik itu memeluk tubuhnya.

“ko... anjing.” katanya, dengan nafas terengah-engah. dari semua kalimat yang dapat ia ucapkan dini hari itu, ternyata si pemuda seishu lebih memilih untuk mengata-ngatainya.

masuk akal, sepertinya. koko memang layak untuk dikatai.

“gila... gue gak tau kalo lo ngumpulin camomile? sejak kapan?” katanya, lagi. tubuhnya masih merengkuh si lelaki sakit, tanpa ada niat untuk melepaskan. “udah lumayan lama, shu.”

seishu menarik nafas dalam, menghirup aroma camomile yang keluar dari tubuh temannya itu, “gue gak bakal bahas tentang apa yang lo bilang ke gue di chat tadi,” habis itu, ia tepuk pelan-pelan punggung koko dan mengelusnya, “gue cuma mau mastiin lo baik-baik aja.”

“kenapa lo sampe segininya sama gue, shu?”

“cuma lo yang gue punya, ko.” jawabnya. membuat koko sedikit terenyuh, dadanya sudah mulai membaik sekarang. lelaki itu tersenyum dalam diam, tangannya ia angkat untuk ikut merengkuh lelaki itu. “makasih banyak, shu. makasih banyak.”

koko menarik nafasnya, berpikir apa yang akan terjadi jika waktu itu akan datang. ia berpikir apa yang akan terjadi jika memang sudah saatnya ia tidak bisa menapakkan kaki disini? ia berpikir bagaimana cara menjelaskannya terhadap lelaki yang ia sayangi itu?

“ko.”

“iya?”

“lo sayang gue gak?”

koko menaikkan alisnya, jantungnya mulai berpacu. ada jeda sedikit sebelum koko menjawab pertanyaan itu, “sayang.”

“sama, gue juga sayang sama lo.” katanya.

harusnya koko senang. harusnya koko merasa bahagia mendengar kalimat itu keluar dari mulut si cantiknya.

namun, mengapa koko kembali merasa sesak, pusing, dan ingin muntah saat itu juga?